Filsafat Seni
- Price in reward points: 10000
- Penerbit: Mitra Wacana Media
- Kode Produk: MWM000791
- Penulis: Prof. Dr. Apollo, M.Si. CIFM, CIBG, CIBV.,
- ISBN: 978-602-318-563-4
- Edisi: 1
- Tahun Terbit: 2024
- Jml Halaman: 372
- Berat: 1,000.00g
- Bahasa: Indonesia
- Dimensi: 17.00cm x 24.00cm
- Poin Reward: 1000
- Ketersediaan: 10
Diskursus tentang filsafat seni Aristotle, maka harus mengetahui konsep-konsep dasar dasar dan istilah-istilah pemikiran filosofis Aristotle dan gurun..
Diskursus tentang filsafat seni Aristotle, maka harus mengetahui konsep-konsep dasar dasar dan istilah-istilah pemikiran filosofis Aristotle dan gurunya, Platon. Istilah "seni" pada kedua tokoh ini adalah kemampuan kreatif manusia, mengandaikan pengetahuan masuk akal yang melampaui pengalaman. Aristotle membedakan antara hal-hal yang masuk akal (“makhluk") di alam, dan hal-hal yang merupakan produk kemampuan manufaktur manusia. Semua karya seni termasuk dalam kategori kedua dan merupakan hasil campur tangan kreatif manusia terhadap alam dalam arti seluas-luasnya. Karena manusia mencontoh alam, maka karya seni merupakan hasil imitasi. Konsep kebaikan (“kalon, kalolos, kalokagathos") pada tradisi Yunani kuno mempunyai asal muasal matematis pada teori seni dari kualitas-kualitas kebaikan, yaitu keindahan, dan merumuskan aturan-aturan umum untuk mempertimbangkan sebuah karya Seni. Tradisi pemikiran menganggap kebaikan sebagai ekspresi alam dan memandang manusia sebagai aspek keindahan yang melekat pada alam. Pada konsep kebaikan yang diidentikkan dengan keindahan diberi makna moral kebaikan merupakan kebaikan dengan rujukan pada umat manusia. Para pemikir dan seniman Yunani kuno memahami konsep keindahan “kalon” yang dijiwai dengan muatan moral dan mengidentifikasikannya dengan kebaikan, yang erat kaitannya dengan moral politik dan sosial masyarakat. Persepsi bagi orang Yunani kuno terhadap seni dicirikan oleh dua asumsi mendasar: (a) seni dianggap sebagai tiruan alam dan (b) seni menggantikan apa yang tidak dibuat oleh alam, seperti benda dan peralatan yang bersifat utilitarian. Peniruan saat ini bersifat negatif, sebagaimana diyakini Platon tentang seni secara keseluruhan, yaitu penyalinan sederhana tanpa pengetahuan dan kesadaran terhadap objek dan kenyataan. Namun elemen lain yang menjadi ciri persepsi seni Yunani kuno adalah aspek moral (disebut kejujuran). Dan tampaknya terdapat persepsi yang terus-menerus terjadi di kalangan orang Yunani, seni pada dasarnya melayani tujuan sosial, yaitu terkait dengan pendidikan ruang publik. Sastra dan Puisi khususnya puisi tragis terjalin dengan pendidikan anak-anak dari usia pra-sekolah hingga dewasa dan ditujukan untuk intelektualisasi melalui peniruan teladan. Buku ini membahas Theoria atau Filsafat Seni terdiri dua belas bab dengan rincian sebagai berikut:
Bab 1 Filsafat Seni Estetika,
Bab 2 Filsafat Seni Platon,
Bab 3 Filsafat Seni Aristotle,
Bab 4 Filsafat Seni Hegelian,
Bab 5 Filsafat Seni Hume,
Bab 6 Filsafat Seni Schopenhauer,
Bab 7 Filsafat Seni Kantian,
Bab 8 Filsafat Seni Dawey,
Bab 9 Filsafat Seni Heidegger,
Bab 10 Filsafat Seni Benjamin,
Bab 11 Filsafat Seni Adorno, dan
Bab 12 Filsafat Seni Gadamer
Kurir | ETD | Berat | Biaya Kirim |